Jurnalpelayanan.com - Jakarta. Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA) menyelenggarakan Diskusi Publik: Sabam Sirait Politisi Negarawan di Mata Tokoh Lintas Agama, dengan menampilkan pemateri antara lain Dr. RE Nainggolan (Ketua Pengusul Sabam Sirait Pahlawan Nasional), Romo Benny Susetyo (KWI), Mayjen Purn. TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya (Ketua Umum Pengurus PHDI), Pdt. Jacklevyn F. Manuputty (Sekretaris Umum PGI) Banthe Dammasubho Mahatera (Tokoh Budha) dan Ishag Zubaedi Raqib (Ketua LKN Infokom dan Publikasi PB NU) bertempat di Gedung LAI Jakarta, Kamis (28/04/2022).
Tampil pembuka, Ketua Panitia Pengusul Sabam
Sirait Pahlawan Nasional, Dr. RE Nainggolan memaparkan bahwa sejak awal pihaknya
lebih dulu mempelajari segala aturan perundangan-undangan terkait syarat pahlawan
nasional.
“Setelah mempelajari aturan, maka kami yakin
segala kiprah dan pengabdian Sabam Sirait layak menjadi Pahlawan Nasional.
Sesuai ketentuan Menteri Sosial maka sudah diselenggarakan Seminar Nasional di
Medan dan seminar lokal lainnya di Sumut. Kemudian juga diselenggarakan di
Jakarta,” jelas mantan Bupati Tapanuli Utara.
Selama 64 tahun, Sabam Sirait menegakkan
sendi-sendi demokrasi Indonesia. Pencapaian lain, memperjuangkan UU
Antimonopoli, mendukung Palestina. Sabam
Sirait juga legacy, termasuk memperjuangkan
Pemilu jujur dan adil, hingga kini tetap diterapkan.
Setelah melalui TP2GD Provinsi Sumut kemudian
mempertimbangkan semua riwayatnya, kemudian mengusulkan ke Gubernur Sumut untuk
diajukan Pahlawan Nasional. Letjen Purn.
Ery Ramayadi segera memberikan dukungan dan persetujuan melalui Surat Keputusan
mendukung Sabam Sirait menjadi Pahlawan Nasional dari Sumatera Utara
Dari serangkaian Seminar Nasional, juga mendapat dukungan dari Menteri
Dalam Negeri Tito Karnavian dan Mahfud MD. Hal telah diungkapkan, pada acara
seminar nasional yang diselenggarakan GAMKI dan GMKI.
Sementara Romo
Benny mengaku bahwa banyak berjumpa dan bersentuhan dengan sosok Sabam
Sirait. Menurutnya, Sabam seorang
demokratis sejati dan seorang pejuang
yang berani melawan Orde Baru.
“Bahkan di partai, Bang Sabam, juga berani
berhadapan dengan kubu Soerjadi dan membela PDI Megawati. Saya lihat Pak Sabam Sirait
selalu berjuang kebenaran dan keadilan, masyarakat teraniaya,” paparnya.
Ditambahkan, bersama Gus Dur, juga berjuang untuk
demokrasi Pancasila. Selalu menekankan bahwa
tidak ada tirani minoritas dan diktator mayoritas. Belajar politik mengedepankan
suara hati, memperjuangkan kebenaran dan keadilan.
“Bang Sabam berani melawan arus, meninggalkan statusquo, selalu memiliki konstruksi kekuasaan untuk keadilan dan kebenaran, ini dimensi ilahi. Beliau tokoh bangsa dan negarawan, melawan tirani dan otoriter. Kita berharap Bang Sabam Siriat dikukuhkan menjadi Pahlawan Nasional karena memperjuangkan demokrasi Pancasila secara murni dan konsekuen,” tegasnya.
Sementara Ketua Umum Parisada Hindu Dharma
Indonesia (PHDI) Mayjen Purn. TNI (Purn) Wisnu
Bawa Tenaya melihat sosok Sabam Sirait banyak melihat dari
literasi, dan buku-buku karena rentang waktu usia yang jauh. “Saya mencoba
mereflesikan beliau, bahwa sampai usia sepuh masih mengabdikan diri ke NKRI,” ujarnya
mengawali.
Bahwa kita duduk sama rendah dan berdiri sama
tinggi, telah dibuktikan Sabam Sirait.
Dia juga lintas persaudaraan. “Saya kira
beliau ini seperti prajurit komando, dia selalu oleh pikir dan sehat. Sangat bisa
menentukan sikap. Melihat secara universal, tak kenal menyerah dan tampil
berani. Selalu berjuang ke kebhinnekaan,” paparnya.
Menurutnya, sosoknya pantas jadi keteladanan
generasi XYZ. Kalau Soekarno terkenal dengan pertahanan semesta dan Hatta dengan koperasi,
maka Sabam Sirait di legilislatif, dia
menunjukkan keteladanan kalau di Hindu disebut
caturwindu. Mengabdikan diri ke NKRI sampai akhir hayatnya.
Mantan Danjen Kopasus ini mengingatkam tidak
ada isntant, semua harus dengan usaha dan tindakan. Perlu belajar dan latihan. Anak muda harus mencontoh Sabam Sirait yang
meniti karir dari bawah namun tetap belajar
sampai akhir hayatnya.
“Negara telah memberi penghargaan Bintang
Mahaputera sebagai bukti pengabdiannya kepada negara. Karena itu layak, Sabam
Sirait menjadi Pahlawan Nasional,”ungkapnya.
Menarik juga, apa yang disampaikan Bikhu Banthe
Dammasubho Mahatera (Budha) agar memandang peran politisi dari kacamata alam, bingkai kesunyataan. Artinya memandang
dari semua sisi yang berbeda, sehingga bisa menarik kesimpulan bukan keputusan.
Seperti Budha memandang dunia, bagaimana memandang politisi, negara dan
pandangan secara agama.
“Politik itu, adalah cara. Politea, semua ada.
Budha memandang dua, memandang wilayah
duniawi dan duniawi spritual. Parameternya,
apakah saya kira apakah dia memiliki idealis, dinamis atau pluralis. Orang
tumbuh ideologi yang kuat. Dinamis bisa menempatkan diri. Sedangkan Pluralis
itu perpaduan ideologis dan dinamis,” urainya.
Kalau di Indonesia, pernah Presiden SBY
memberikan Gus Dur Bapak Pluralis. Karena dia datang ke semua agama dia
disambut, dia tidak kehilanganan ideologi. Tokoh-tokoh, yang masuk itu, apalah
ideologis, dinamis dan pluralis.
“Saya juga mengintip kiprah Pak Sabam ini
dalam politik. Jadi dari parameter itu, ketiga sosok Sabam Sirait miliki,” ujar
Bhiku yang lama mengabdi di Bangkok, Thailand.
Pengalaman menarik dikemukakan Ishag Zubaedi Raqib
yang terus terang mengaku tidak hanya banyak bersentuhan dengan Sabam Sirait tetapi
juga mengagumi sosoknya.
Setelah 23 tahun menimba ilmu Pesantren, Mas
Edi KR (akrab disapa) mengatakan jauh-jauh hari sudah mendengar nama Sabam
Sirait. Namun baru tahun 1992, ketika menjadi wartawan, dirinya bisa melihat
langsung interupsi Sidang Umum MPR terkait
Luber dan Jurdil.
“Saya berkenalan dekat dengan Pak Sabam dan kebetulan
temanan dengan Putra Nababan, sejak 1992 makin dekat. Setiap ada acara Pak
Sabam, Bang Lexy dan Megawati, saya selalu pertama mendengar. Sosoknya selalu tampil humoris. Jadi kalau sayamdiminta menilai, saya
tidak punya kapasitas, Sabam Sirait jauh
melebihi kapasitas saya, saya pengangum beliu. Kalau diikhtiarkan Pahlawan
Nasional jauh lebih layak. Ikhtiar Pak Sabam atas pembangunan nasional untuk
keadilan dan kebenaran sudah tidak diragukan lagi,” tukas wartawan Kedaulatan Rakyat Yogyakarta ini.
Menurutnya, Sabam Sirait sudah tidak
terbantahkan kiprah dan sumbangsihnya kepada bangsa dan negara, tidak perlu
didiskusikan. Ia lebih mengusulkan agar lebih
menapaktilasi jejak kiprah Sabam Sirait.
“Pak Sabam tidak perlu didiskusikan. Jejaknya
jelas, dimana saja ada, memiliki ideologis, dinamis dan pluralis. Jarang ada tokoh seperti ini, dia hadir selalu datang membawa
kebahagian. Orang-orang seperti ini pilihan Tuhan. Sekali lagi tidak banyak,
salah satu guru kami, Gus Dur sosok lintas batas,” bebernya.
Ketua LKN infokom dan publikasi NU ini memberikan
catatan penting peran seorang Sabam Sirait. Sabam Sirait saat mengemban Ketua
Pansus lahirnya UU Anti Monopoli. Ketika, Sabam Sirait disepakati memimpin Pansus Anti Monopoli perlu kapasitas
untuk melawan kepentingan kartel,
terjadi perdebatan berjam-jam.
Satu lagi yang tidak kita lupakan, Kiprah
Sabam Sirait saat dipercaya menjadi Ketua Pansus RUU Otonomi Khusus Papua. Faktanya,
UU Otsus Papua sekarang masih landasan dan langkah-langkah pemerintah dalam
membangun Papua.
Pada bagian akhir Edi membacakan catatan kecil
terkait Sabam Sirait yang diberi judul; Serial menghayati nilai-nilai Sabam
Sirait. Pak Sabam sesuatu yang pasti dan tidak perlu didiskusikan. Dia meninggalkan
jejak di banyak tempat.
Kami menyebut wasilah atau perantara, Ia
sesuatu yang suci. Dianugerahi Tuhan privilege untuk mencerminkan agamanya.
Melampau juru penerang agama sendiri. Dia Manusia Lintas Agama sudah melampau batas,
wujud standar tertinggi di kalangan agama dan sosial. Duta propotik Tuhan.
“Saya kira kehadirannya jejak lengkapnya bisa
dijadikan kurikulum, dipelajarin. Kurikulum Sabam Sirait. Dari sosoknya
terlihat nilai-nilai kekristenan yang universal. Kalau Tuhan berkehendak,
derajad kepahlawan itu mudah disematkan kepada Sabam Sirait,” tegasnya.
Sekretaris Umum PGI, Jacky Manuputty yang
tampil pemateri terakhir, menegaskan Sabam Sirait tokoh sangat fenomenal. Diakuinya
percakapan tentang Pak Sabam tidak akan habis-habisnya. “Kami di PGI sudah
membicarakan tokoh ini. Menarik, ia seolah sumur yang ditimba yang tidak
habis-habis,” cetusnya.
Ada tiga poin yang bisa sampaikan terkait ketokohan Sabam Sirait. Pertama, Sabam Sirait memberi arah dalam pergulatan nasionalisme. Jelajah pemikirannya sangat luar biasa. Belajar dari TB Simatupang, Amir Syarufuddin, JJ Russo. Dia sosok ideologis, melintasi banyak batas selama 60 tahun berkiprah. Seorang politisi senior yang konsisten memperjuangkan demokrasi.
Kedua, sosoknya berhubungan secara lintas
batas. Kemampuan komunikasi yang luar biasa. Tidak terbatas sekat agama dan
etnis. Menembusi sekat-sekat perbedaan. Ini jadi catatan mahal karena sekarang ada politisasi agama dan politik identitas,
kadang mendorong kekristenan membangun pertahanan sendiri. Tanpa disadari itu
justru menutup ruang. Titik temu sebagai seorang nasionalis, Sabam Sirait meletakkan
dasar itu. Persahabatan lintas batas kelompok.
Berikutnya, ketiga, Ia tokoh yang memberikan arah kosmopolitan. Dia tokoh menjadi level mancanegara. Sangat mendukung Palestina, menolak berkunjung ke Israel. Juga, terang-terangan membela perjuangan Irak invansi Amerika. “Sabam Sirait berpolitik dengan bersahaja, mengusahakan untuk kemaslahatan semua orang. Kami (PGI) sangat layak memperjuangkannya, kita membutuhkan kepahlawanan wajib diperjuangkan,” pungkasnya.
0 Komentar