3 Kunci Keberhasilan Gereja Tuhan

 


Tujuan yang keliru membuat gereja tidak berhasil mewujudkan misinya sebagai gereja Tuhan. Benarkah gereja sekarang hanya mementingkan pendapatan dan ketenaran semata?

Jika ditanya tentang kunci keberhasilan sebuah gereja, sebagian orang akan menjawab ada pada tokoh tertentu yang berkharisma, yang hebat dan serba wah. Itulah sebabnya banyak jemaat mencari seorang pendeta yang berkaliber, kalau bisa internasional untuk menjadi gembala jemaat itu. Tapi tidak kurang bukti jemaat yang berantakan ketika tokoh pujaannya jatuh, ketika tokoh idolanya itu ‘cabut’ dari tengah-tengah mereka, karena pindah ladang pelayanan, atau mungkin karena dipanggil pulang Sang Khalik.

Ada yang berpendapat, bahwa rahasianya terletak pada manajemen rapi yang diterapkan dalam kehidupan jemaat. Saya tidak pernah menganggap bahwa ilmu manajemen itu jahat. Tidak ada larangan jemaat menerapkan ilmu manajemen dalam mengelola kiprah gereja. Namun, kita tidak boleh memberhalakan manajemen. Gereja itu bukan cuma organisasi, melainkan organisme. Bukan sembarang organisme, melainkan persekutuan orang-orang yang percaya dan bergantung sepenuhnya pada Tuhan.

Nah, lalu apa sebenarnya kunci keberhasilan gereja? Apakah rahasia kemenangan umat Allah? Yang lain menghalalkan penggunaan atau lebih tepat; penyalahgunaan psikologi massa untuk tujuan luhur pertumbuhan gereja. Karena taktik ini, tidak sedikit pengunjung kebaktian yang terbius. Mencopoti kalung, gelang dan giwang dari tubuhnya, lalu memasukkan barang berharga itu ke dalam kantong kolekte yang diedarkan. Sampai di rumah dia sadar dan menyesal. Menyesal setengah hidup, koq tadi dia melakukan tindakan tolol di luar kesadaran.

Keluaran 17:8-16 ditulis pertama-tama bukan sebagai data historis umat Israel, melainkan untuk menyatakan bahwa kemenangan Israel atas bangsa Amalek, yang memang historis, diberikan Allah. Nah, apakah kunci kemenangan umat Israel? Saya melihat, sedikitnya ada tiga kunci.

Pertama, ada orang-orang yang bersedia berada di garis paling depan, yang mau berlelah dan berkorban apa saja, termasuk nyawa. Musa berkata kepada Yosua,” Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek.”

Pendeta, majelis jemaat dan komisi-komisi serta guru-guru sekolah Minggu adalah orang-orang yang berada di garis depan. Para aktivis adalah orang-orang yang bersedia berlelah-payah dan rela berkorban perasaan, berkorban tenaga, berkorban dana dan kalau perlu berkorban nyawa.

Sulitkah jemaat mencari orang yang bersedia menjabat dalam kepengurusan gerejawi? Seringkali dijumpai dalam jemaat orang-orang yang tiba-tiba bersikap sok rendah hati ketika ditawari jabatan gerejawi (dengan berkata. ”Jangan ah, yang lain saja.”). Banyakkah orang-orang yang hanya mau namanya dicantumkan sebagai pejabat gerejawi, namun kenyataannya tidak mau berlelah-payah apalagi berkorban? Kalau iya, jangan heran apalagi jemaat itu tidak berkembang. Mandeg. Bukan jemaat yang berkemenangan, melainkan jemaat yang kalah!

Kedua, ada kehidupan doa yang sehat. Musa berkata kepada Yosua,” Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besoknya aku akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku.” Lalu, sementara Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan orang Amalek, Musa ditemani Harun dan Hur naik ke puncak bukit. Di sana Musa menengadahkan tangannya dengan mengendangkannya di atas. Suatu sikap perlambang yang menyatakan permohonan dan pengharapan bahkan ketergantungan hanya kepada kuasa Allah.

Di kebanyakan gereja, apa yang namanya ‘bidston pagi’ atau ‘bidston malam’ selalu sepi pengunjung. Kurang animo. Mengapa? Macam-macamlah alasannya. Ada yang bilang acaranya kurang menarik. Lha dibikin menarik bagaimana? Wong bidston! Masak diberi tari-tarian segala. Ada yang bilang dia sibuk. Nah, apa ada orang yang tidak mempunyai kesibukan? Apalagi, coba pikir, kenapa dia bisa sibuk? Kan karena dia sehat. Mengapa sehat? Karena diberi kesehatan oleh Sang Pemilik Hidup. Lha, apakah tidak seharusnya dia mengucap syukur kepada Tuhan, yang sudah memberi dia kesehatan?

Apakah tidak ada kerinduan dalam hatinya untuk mempererat hubungannya dengan Sang Khalik? Untuk berakrab-akrab dengan Sang Bapa? Dengan menyediakan waktu khusus, bukan 24 jam sehari, bukan 12 jam sehari, melainkan… “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan,” sabda Kristus kepada murid-murid-Nya. (Saya yakin, ketika mengucapkan kata-kata ini, hati Kristus teriris-iris, melihat sikap murid-murid-Nya lebih memilih memperpanjang dengkur daripada menekuni doa).

Ketiga, ada kesehatian. Kesehatian antara Musa dan Yosua. Sebagai senior, Musa berani mempercayakan tugas penting kepada Yosua. Musa rela mendelegasikan pelayanan kepada Yosua. Musa tidak menganggap Yosua sebagai anak kemarin sore. Sebaliknya Yosua menerima dengan senang hati tugas yang diberikan Musa kepadanya. Yosua tidak berkata,” Engkau mau ongkang-ongkang kaki, ya Musa. Sementara aku harus berpayah-payah!” Yosua tidak menggerutu.

Sungguh menyedihkan apabila di dalam gereja ada orang yang merasa, lalu tidak bisa memercayai rekan lain yang dia anggap tidak becus. Akibatnya dia borong semua pekerjaan pelayanan. Akibat lebih lanjut? Pelayanan itu tidak membawa hasil yang maksimal. Seringkali yang sebaliknya juga terjadi. Ada orang yang merasa dirinya ditimpa banyak pekerjaan, sementara yang menimpai itu dia anggap mau ongkang-ongkang kaki saja. Padahal yang sebenarnya itu cuma pendelegasian agar pelayanan lebih efektif dijalankan. Yang sebenarnya adalah pengkaderan yang mau atau tidak mau harus dilakukan. Yang sebenarnya adalah spesialisasi agar pekerjaan makin efisien dilaksanakan.

Ketika Musa di puncak bukit terjadilah, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel; tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek. Lama-lama tangan Musa penat. Kita lihat, Musa adalah seorang tokoh besar, namun dia juga memiliki keterbatasan, kelemahan dan kekurangan.

Sebutkan salah satu tokoh besar yang Anda kenal. Mungkin Anda menganggap dia hebat dan sempurna. Tapi coba dekati dia, akrabi dia. Anda pasti akan menemukan keterbatasannya, kelemahannya dan kekurangannya.

Warga jemaat kadang-kadang memiliki ideal tertentu tentang seorang pendeta. “Pendeta itu seharusnya begini dan begitu!” Tetapi idealisme seringkali berbenturan dengan kenyataan. Maunya pendeta serba sempurna, kenyataannya sang pendeta punya cacat ini punya cacat itu. Lalu? ‘Sudah jatuh tertimpa tangga,” bunyi pepatah. Sang pendeta itu sebenarnya sudah prihatin terhadap kelemahan dan keterbatasan dirinya. Tapi dia masih harus menerima umpat caci, makian dan kritik yang menghancurkan dari waga jemaat. Itu namanya, “Sudah jatuh tertimpa tangga ‘kebregan genting’”

Musa penat. Apa yang dilakukan Harun dan Hur? “Wah, engkau ini payah. Ketiwasan kami jagokan, ternyata cepat keok!” Begitukah umpat caci mereka kepada Musa? Tidak! Mereka tidak mengumpat. Mereka tidak mencaci. Mereka tidak mengkritik secara membabi buta. Tetapi mereka mengambil sebuah batu, meletakkan batu itu di bawah Musa, supaya Musa duduk di atas batu itu. Lalu mereka menopang kedua belah tangan Musa.

Tepukan ringan di bahu sungguh besar artinya bagi seorang yang sedang menyadari kelemahannya. Ucapan sederhana, “Sudahlah, bangkit lagi. Tuhan masih memberi kesempatan,” sungguh besar manfaatnya bagi seorang yang sedang menyesali kekurangannya. “Maju terus, pantang mundur. Saya tetap bersedia mendampingi Anda,’ sungguh kalimat yang menguatkan seorang yang sedang merenungi keterbatasannya.

Gereja tidak boleh bergantung kepada orang-orang tertentu saja, betapapun berkharismanya mereka. Mengapa? Karena bagaimanapun juga pada diri mereka melekat kelemahan-kelemahan dan keterbatasan-keterbatasan. Keikutsertaan dalam karya penyelamatan Allah secara bersama-sama oleh para anggota jemaat Tuhan sesuai dengan kesanggupan masing-masing justru perlu ada. Dengan demikian kekurangan dari satu pihak dapat diimbangi oleh pihak lain, sehingga pelayanan menjadi lebih sempurna. Semoga!

Sumber: https://www.majalahberkat.net/

Posting Komentar

0 Komentar