Redaksi jurnalpelayanan.com - Surabaya. HANYA karena anugerah dan penyertaan Tuhan, BAMAG sebagai badan musyawarah interdenominasi, boleh memasuki usia 46 tahun pelayanannya pada tanggal 27 Juni 2021.
Lahir Karena Kebutuhan
Di tahun 70-an, DGI (Dewan Gereja-gereja Indonesia), sekarang PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia), memiliki perwakilan juga di Surabaya yang disebut DGIS (sekarang PGIS). Salah satu bidang pelayanan DGIS adalah Departemen Pelayanan dan Kesaksian yang diketuai oleh HB. Prawiromaruto, S.H. Departemen ini mencoba untuk mengadakan fellowship diantara gereja-gereja yang ada di Surabaya.
Melalui beberapa pendekatan ke gereja-gereja yang ada di Surabaya ternyata idealisme HB Prawiromaruto terkendala. Kenyataannya banyak gereja-gereja yang ada di Surabaya tidak semuanya menjadi anggota dari DGI.
Akhir tahun 1970 diadakan pertemuan tokoh-tokoh Kristen di GPIB Maranatha. Acara itu mengundang juga Let. Jend. (Purn) T.B. Simatupang. Pak Sim, demikian panggilan beliau sehari-hari, merindukan adanya kesatuan gereja-gereja di Surabaya di fasilitasi untuk saling bertemu secara periodik.
Gagasan pak Sim memang ideal, karena beliau saat itu menjabat Ketua Umum DGI dan juga Ketua Dewan Gereja-gereja Asia, bahkan beliau dipercaya sebagai Ketua Gereja-gereja Dunia (DGD) atau World Council of Churches (WCC). Wawasan ekumenis itu diungkapkan kepada para tokoh Kristen yang hadir, termasuk para pendeta.
Rumah Jl. Monginsidi 17, Surabaya
Setelah melalui pergumulan doa dan pertemuan berkali-kali para pimpinan gereja, Prawiromaruto mengundang pertemuan di rumahnya jalam Monginsidi 17, Surabaya. Tempat inilah menjadi saksi sejarah terbentuknya BAMAG (Badan Musyawarah Antar Gereja) Surabaya pada tanggal 27 Juni 1975.
Suatu anugerah Tuhan yang tak terjangkau oleh rasio, bahwa lembaga kebersamaan ini Tuhan izinkan hadir di tengah kota Pahlawan Surabaya. Menjadi motivator dan fasilitator dalam keberagaman denominasi gereja-gereja Protestan. Bahkan lebih dari itu hubungan dengan Gereja Katolik terwujud dengan timbal balik dalam konteks “give and take”.
BAMAG bukan organisasi supra struktural, tetapi dia adalah organisasi independen yang menjalin kemitraan dengan gereja-gereja dan lembaga-lembaga lainnya. Siapa yang menjadi anggota BAMAG? Semua gereja-gereja yang terdaftar di Bimas Kristen Departemen Agama RI yang mengakui Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang adalah Firman Allah. Itulah kesepakatan bersama para pimpinan gereja yang hadir saat itu.
Wadah ini senantiasa mengusahakan kesatuan, mengupayakan kerukunan, saling pengertian, saling memahami dan saling menghormati. Wadah ini tidak bermaksud mendirikan tembok atau meruntuhkan tembok yang ada. Tetapi oleh pimpinan Tuhan wadah ini berfungsi menjadi jembatan, penghubung agar persekutuan, kesaksian dan pelayanan dapat diwujudkan dalam kebersamaan.
Bersyukut bahwa BAMAG dimengerti dan dipahami oleh lembaga-lembaga ekumenis di tingkat nasional seperti PGI (Persekutuan Geeja-gereja di Indonesia), PGLII (Persekutuan GerejaLembaga Injili Indonesia), PGPI (Persekutuan Gereja Pentakosta Indonesia), GGBI (Gabungan Gereja Baptis Indonesia), GMAHK (Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh) dan Gereja Orthodox Indonesia.
Kenyataan inilah yang menjadikan BAMAG adalah mitra persekutuan – Pelayanan – Kesaksian bagi mereka yang ada di Surabaya.
Pengurus BAMAG 1975
Untuk pertama kalinya disusun pengurus pada periode awal sbb:
Ketua Umum : HB Prawiromaruto, SH (GPIB).
Ketua I : Pdt. Pranata Gunawan, S.Th. (GKI)
Ketua II : Pdt. Trees Hidayat, S.Th. (GGS)
Sekretaris I : Pdt. Ishak Iskandar (Gereja Baptis Indonesia)
Sekretaris II : RCHS Hardjono
Bendahara I : Pdt. Welly Kho (GBIS)
Bendahara II : Pdt. LA Tandayu (GPT)
Ajaran kasih yang ditekankan dalam Alkitab terkadang bermakna sebagai slogan saja. Kenyataannya bagaimana hamba Tuhan dari satu gereja bisa mengasihi hamba Tuhan yang lain kalau tidak pernah mengenalnya? Demikian pula bagaimana hamba Tuhan yang satu dapat mengenal hamba Tuhan yang lain kalau mereka tidak pernah bertemu?
Indahnya Kebersamaan
Berangkat dari kendala di atas, diprakarsailah suatu persekutuan rutin pada minggu pertama tiap bulan. Disepakati hari Selasa pagi pukul 7.00 s.d 9.30 dengan memakai gedung gereja secara bergilir. Pertemuan itu dirasa makin akrab dengan omong-omong sambil makan pagi. Itulah kesempatan mereka bertemu dan berkenalan. Selesai makan pagi dilanjutkan ibadah yang dipimpin oleh pendeta gereja sebagai penerima tamu. Usai pelayanan Firman, diadakan doa bersama dengan pokok doa yang telah dibagi oleh Pengurus BAMAG.
BAMAG adalah wujud kesatuan dalam keberagaman (Unity in diversity). Yang berbeda tidak perlu disamakan, tetapi yang sudah sama jangan dibedakan. Sudah saatnya gereja menyadari bahwa kita semua memang tidak sama, tapi kita butuh hidup bersama. Bersama berderap, bersama berkarya dan bersama menyaksikan anugerah keselamatan di dalam karya keselamatan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus.
Kemitraan Dengan Keuskupan
Hubungan dengan keuskupan Gereja Katolik pada tahun 1996 berjalan dengan baik dengan hadirnya Romo J. Hariyanto, CM (almarhum) pada setiap persekutuan doa dan makan pagi yang diadakan BAMAG. Bahkan pada 17 Januari 1996 dibentuk Pelayanan Pelaut Indonesia (PPI) yang direstui Ketua PPI Pusat Jakarta, Dr. Payaman Simandjuntak disaksikan Pdt. Eka Dharmaputra (PGI) bersama HB Prawiromaruto SH (BAMAG) di GKA Elyon Surabaya.
Tanggal 26 Agustus 2004 di GKJW Surabaya bersama Mgr. I Hadiwikarta, Pr. membentuk Tim Kelompok Kerja Tanah Makam yang kemudian didirikan Yayasan Makam Kristen – Katolik Arimatea dengan pengesahan Notaris tanggal 27 Agustus 2007 di keuskupan Surabaya. Banyak kendala karena area tanah pemakaman yang dibutuhkan belum ada yang memadai. Semoga proyek ini tetap menjadi agenda BAMAG dalam waktu mendatang.
Kebersamaan Dengan Organisasi Aras Nasional
Dengan adanya PGIS, PGLII Surabaya, PGPI Surabaya, GGBI Surabaya, GMAHK Surabaya, Gereja Orthodox Indonesia dan Gereja Bala Keselamatan; BAMAG selalu berpartisipasi dalam acara yang mereka adakan. Bahkan kegiatan Seminar Wawasan Kebangsaan BAMAG selalu didukung organisasi di atas dengan baik. Dalam Sidang Raya PGI di Palangkaraya BAMAG diikut sertakan juga sebagai peninjau. Suatu hubungan timbal balik yang terus harus dibina terus menerus.
Kebersamaan dengan Lembaga Interdenominasi
Hadirnya lembaga pelayanan yang ada di Surabaya telah menjadi mitra berkaya BAMAG dengan mereka. Banyak kerjasama yang telah dirintis dan dikerjakan bersama dalam pendidikan seperti dengan Yayasan Visi dan Misi, Majelis Pendidikan Kristen Wilayah (MPKW). Di bidang media dengan Majalah Berkat, Pustaka Lewi, Nafiri Allah Terakhir (NAT). Di bidang pelayanan Sosial dengan Yayasan Pondok Kasih Surabaya yang melayani masyarakt tersisih dan tidak mampu.
Dalam kegiatan prayer fellowship, BAMAG bermitra dengan Sejahtera Kota Sejahtera Kita (SKSK). Kesejahteraan Kota bukan masalah tanggung jawab Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya saja, tetapi juga merupakan tanggung jawab gereja dan seluruh umat. Selain SKSK ini kegiatan doa terus berlangsung non stop selama 24 jam di Menara Doa.
Kini Menara Doa ini telah memiliki lima wilayah, agar setiap gereja bisa menghadirkan pendoa-pendoa syafaat untuk kota Surabaya.Selain itu bersama dengan Full Gospel Business Man Fellowship International (FGBMFI) dan SKSK menyelenggarakan National Prayer Conference.
Sebagai lembaga interdenominasi BAMAG selalu menjalin hubungan timbal balik baik dengan pemerintah kota / propinsi maupun TNI POLRI. Untuk mengejawantahkan kota yang aman dengan persatuan anak bangsa yang harmonis, digagaslah Seminar Nasional Wawasan Kebangsaan (SNWK) yang diadakan tiap tahun.Hubungan dengan Pemerintah dan TNI POLRI
Pertama kali diadakan tanggal 12-15 Juni 1995 di YPPII Jl. Indragiri 5, Batu, bertepatan dengan HUT Kemerdekaan RI yang ke 50. Para pembicara dari Wakil Gubernur, Pangdam, Mendagri, Kakanwil Depag Jatim, DPR RI, FISIP Unair, JDN, YPPII, PGI, PGPI. Sedangkan Perayaan Natal bersama TNI, POLRI dan karyawan selalu diadakan bersama tiap tahun.
What Next?
Empat puluh enam tahun Tuhan menghadirkan BAMAG, kalau bukan Tuhan pasti sia-sialah usaha pengurus memberdayakannya. Tetapi syukur Dialah yang meletakkan dasar, Dia yang membangun dan Dialah yang mencukupkan dengan impah-Nya. Quo Vadis BAMAG? Benedictus – Benedicta. (Redaksi)
0 Komentar